Saturday, January 11, 2014

MEMBEDAKAN ANTARA TIMING BELT DAN TIMING CHAIN


Mobil- mobil di Indonesia dan juga di dunia mayoritas berjenis mobil interferensi, sehingga memerlukan sinkronisasi timing di mesin. Di dunia permobilan sekarang, metode untuk sinkronisasi ini ada 2, yaitu timing belt dan timing chain. Apakah perbedaan nya dan apa kelebihan serta kekurangannya?
Timing chain yang menggunakan rantai adalah tipe sinkronisasi yang pertama muncul, karenanya lebih tua dibandingkan dengan timing belt. Berikut ini adalah sifat dari timing chain yaitu:
1.       Timing chain butuh tensioner dan jika digunakan untuk mesin dengan SOHC dan DOHC akan membutuhkan sepatu tambahan untuk meredamnya agar tidak berisik.
2.       Timing chain lebih tahan lama, jika awet bahkan tidak perlu diganti sampai 250 ribu KM. Di merek- merek mobil yang bagus seperti Mersedes Benz, bahkan diklaim ini tidak perlu diganti selamanya dan hanya perlu disesuaikan saja.
3.       Rantai lebih berat dibandingkan timing belt yang berjenis sabuk. Karenanya infrastruktur mesin harus lebih kuat. Jika rantai di timing chain melar dan kendor, maka sproket dari timing chain akan aus dan timing dari mesin akan kacau.
4.       Timing chain lebih andal karena bisa diandalkan dan perlu dirawat saja secara periodik. Beberapa ECU (Electronic Control Unit) dari mobil malah bisa men-tune up timing chain secara otomatis sehingga membuat mesin lebih andal.
5.       Timing chain biasanya diletakkan di dalam casing mesin dan harus dilumasi terus- menerus.
6.       Timing chain harus diganti hanya jika suara sudah berisik, dan power mesin menurun.
Timing belt merupakan teknik sinkronisasi yang lebih advanced, ada kelebihannya, namun ada juga kekurangannya. Berikut ini sifat- sifat dari timing belt, yaitu:
1.       Timing belt membuat mesin lebih sunyi, karena enteng dan ringan. Sabuk timing belt sangat ringan sehingga struktur mesin bisa lebih ringan, dan tidak membutuhkan sepatu untuk meredamnya.
2.       Mesin SOHC atau DOCH yang menggunakan timing belt bisa memiliki RPM lebih tinggi tanpa harus khawatir ada gaya momentum dari rantai.
3.       Timing belt harus diganti, pabrikan umumnya menyarankan tiap 40 ribu KM.
4.       Timing belt tidak memerlukan pelumasan, tidak seperti timing chain.
5.       Timing belt lebih kecil friksinya, karena timing belt lebih punya area kontak lebih lebar dibandingkan rantai.
6.       Timing belt mengurangi energi yang hilang karena getarannya lebih kecil.
7.       Timing belt bisa patah, dan ini bisa lebih merusakkan mesin.
8.       Timing belt lebih sederhana dan lebih mudah dibandingkan timing chain.
Jika menggunakan timing belt, berikut ini beberapa hal yang harus anda perhatikan, yaitu:
1.       Apakah mobil anda mobil baru? Jika ya, maka tentu anda tiak perlu mengganti timing belt.
2.       Apakah mobil anda adalah mobil second? Jika ya, maka anda bisa cari tahu ke pengguna sebelumnya apakah mobil anda tersebut sudah pernah diganti timing beltnya atau belum? Jika tidak tahu, maka lebih baik ganti timing belt untuk menghindari resiko kerusakan, atau cek timing belt-nya terlebih dahulu. Jika kelihatan rusak baru diganti.

No comments:

Post a Comment