Mobil- mobil di Indonesia dan juga di dunia mayoritas berjenis mobil interferensi, sehingga memerlukan sinkronisasi timing di mesin. Di dunia permobilan sekarang, metode untuk sinkronisasi ini ada 2, yaitu timing belt dan timing chain. Apakah perbedaan nya dan apa kelebihan serta kekurangannya?
Timing chain yang menggunakan
rantai adalah tipe sinkronisasi yang pertama muncul, karenanya lebih tua
dibandingkan dengan timing belt. Berikut ini adalah sifat dari timing chain
yaitu:
1. Timing
chain butuh tensioner dan jika digunakan untuk mesin dengan SOHC dan DOHC akan
membutuhkan sepatu tambahan untuk meredamnya agar tidak berisik.
2. Timing
chain lebih tahan lama, jika awet bahkan tidak perlu diganti sampai 250 ribu
KM. Di merek- merek mobil yang bagus seperti Mersedes Benz, bahkan diklaim ini
tidak perlu diganti selamanya dan hanya perlu disesuaikan saja.
3. Rantai
lebih berat dibandingkan timing belt yang berjenis sabuk. Karenanya
infrastruktur mesin harus lebih kuat. Jika rantai di timing chain melar dan
kendor, maka sproket dari timing chain akan aus dan timing dari mesin akan
kacau.
4. Timing
chain lebih andal karena bisa diandalkan dan perlu dirawat saja secara
periodik. Beberapa ECU (Electronic Control Unit) dari mobil malah bisa men-tune
up timing chain secara otomatis sehingga membuat mesin lebih andal.
5. Timing
chain biasanya diletakkan di dalam casing mesin dan harus dilumasi terus-
menerus.
6. Timing
chain harus diganti hanya jika suara sudah berisik, dan power mesin menurun.
Timing belt merupakan teknik
sinkronisasi yang lebih advanced, ada kelebihannya, namun ada juga
kekurangannya. Berikut ini sifat- sifat dari timing belt, yaitu:
1. Timing
belt membuat mesin lebih sunyi, karena enteng dan ringan. Sabuk timing belt
sangat ringan sehingga struktur mesin bisa lebih ringan, dan tidak membutuhkan
sepatu untuk meredamnya.
2. Mesin
SOHC atau DOCH yang menggunakan timing belt bisa memiliki RPM lebih tinggi
tanpa harus khawatir ada gaya momentum dari rantai.
3. Timing
belt harus diganti, pabrikan umumnya menyarankan tiap 40 ribu KM.
4. Timing
belt tidak memerlukan pelumasan, tidak seperti timing chain.
5. Timing
belt lebih kecil friksinya, karena timing belt lebih punya area kontak lebih
lebar dibandingkan rantai.
6. Timing
belt mengurangi energi yang hilang karena getarannya lebih kecil.
7. Timing
belt bisa patah, dan ini bisa lebih merusakkan mesin.
8. Timing
belt lebih sederhana dan lebih mudah dibandingkan timing chain.
Jika menggunakan timing belt,
berikut ini beberapa hal yang harus anda perhatikan, yaitu:
1. Apakah
mobil anda mobil baru? Jika ya, maka tentu anda tiak perlu mengganti timing
belt.
2. Apakah
mobil anda adalah mobil second? Jika ya, maka anda bisa cari tahu ke pengguna
sebelumnya apakah mobil anda tersebut sudah pernah diganti timing beltnya atau
belum? Jika tidak tahu, maka lebih baik ganti timing belt untuk menghindari
resiko kerusakan, atau cek timing belt-nya terlebih dahulu. Jika kelihatan
rusak baru diganti.
No comments:
Post a Comment